KOMPAS.com – Ikan yang ditangkap petani itu
berubah menjadi perempuan cantik jelita. Dengan maksud menikahi perempuan
jelmaan ikan itu, sang petani pun bersumpah. Ia bersumpah tidak akan
menceritakan kepada siapapun asal usul perempuan yang tadinya seekor ikan.
Sumpah itu memang menjadi syarat agar sang petani
bisa menikahi perempuan jelmaan ikan itu. Mereka pun kemudian menikah. Tahun
berganti dan mereka hidup bahagia. Pasangan suami istri itu dikaruniai seorang
anak bernama Samosir. Ia tumbuh menjadi anak berwatak manja.
Suatu hari, Samosir diminta mengantar nasi untuk
ayahnya yang tengah bekerja di sawah. Di perjalanan, bekal nasi malah
dimakannya. Sang petani begitu kesal sebab Samosir datang terlambat, sementara
ia sudah begitu kelaparan.
Amarahnya makin memuncak kala ia membuka bekal
yang hanya tersisa sedikit. Di tengah kemarahannya, sang petani memukul anaknya
sambil mengumpat, ”Dasar kau anak ikan!”
Dengan bercucuran mata, Samosir mengadu kepada
ibunya. Ia ceritakan semua perkataan ayahnya yang telah mengatainya sebagai
anak keturunan ikan. Dengan penuh kesedihan, ibunya menyuruh Samosir naik ke
atas pohon di puncak bukit.
Setelah Samosir berhasil naik di atas pohon, sang
ibu menangis di tepi sungai dan melompat ke sungai. Ia berubah menjadi ikan,
sementara kilat menyambar dan terdengar bunyi gemuruh menggelegar.
Kemudian, hujan turun dengan lebat dan sungai
meluap menghasilkan banjir bah. Lembah pun tergenang air dan sang petani
tenggelam dalam air. Luapan air itu meluas dan menjadi danau.
Kini, danau itu disebut Danau Toba, sesuai nama
sang petani dalam kisah tersebut. Sementara Samosir melekat di nama pulau yang
berada di tengah-tengah Danau Toba.
Itulah legenda Danau Toba yang sejak lama telah
dikenal masyarakat Indonesia. Danau Toba yang terbentuk dari letusan
supervolcano (gunung api raksasa), Gunung Toba, beratus tahun silam. Setelah
letusan beberapa kali, gunung itu pun hanya menyisakan kaldera dan sebuah
pulau.
Ya, Danau Toba dan Pulau Samosir menjadi bukti
sejarah bencana maha dahsyat dari supervolcano. Sebuah bencana yang kemudian
dikisahkan turun temurun melalui sebuah legenda. Bisa jadi kilat dan gemuruh
dalam legenda merupakan gambaran letusan supervolcano.
Danau Toba saat ini hanya dikenal sebagai keelokan
panorama dan hawanya yang sejuk. Padahal ada sebuah legenda dan sejarah geologi
yang mengubah dunia. Bukan hanya itu, pulau di tengah danau vulkanik terluas di
Asia Tenggara itu pun penuh dengan cerita.
Samosir menjadi tempat lahirnya orang Batak. Pusuk
Buhit yang masih masuk dalam Kabupaten Samosir, dipercaya sebagai tanah leluhur
orang Batak.
Samosir Makin Ramai
Namun, Samosir sebagai destinasi wisata masih
kalah pamor dibanding Parapat. Parapat sejak lampau menjadi pintu gerbang
wisatawan menuju Danau Toba. Danau Toba sendiri masuk dalam 7 kabupaten dan 2
kota di Sumatera Utara.
“Dari masa Belanda, wisata di Danau Toba itu
awalnya di Parapat. Samosir jauh belakangan. Hotel pertama di Danau Toba ya di
Parapat,” kata Bupati Kabupaten Samosir, Mangindar Simbolon.
Sementara itu, akomodasi pertama di Pulau Samosir,
lanjut Mangindar, berada di Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo. Memang, saat
ini, Tuktuk berkembang pesat menjadi pusat wisata Pulau Samosir. Samosir
sendiri merupakan kabupaten hasil pemekaran di tahun 2004.
Hotel-hotel di Samosir seperti terpusat hanya di
kawasan Tuktuk. Di tahun 2011, Kabupaten Samosir memiliki jumlah kamar mencapai
1.600 kamar. “Jumlah hotel memang tidak terlalu bertambah, tapi mulai ada
penyebaran. Misalnya sekarang ada Hotel Pangururan (ibu kota Kabupaten
Samosir). Selama 8 tahun terjadi penyebaran,” ungkap Mangindar.
Kontur tanah di Tuktuk yang memiliki batu-batu
besar menciptakan ruang-ruang kosong antara hotel-hotel. “Di batu tentu tidak
bisa dibangun hotel. Akhirnya secara alam terbentuk ruang kosong. Jadi
hotel-hotel tidak berdesakan,” kata Mangindar.
Selain, tidak padat oleh bangunan, hotel-hotel di
Tuktuk tergolong murah. Oleh karena itu, backpacker asing senang menginap di
Tuktur. Apalagi untuk berkeliling Pulau Samosir, cukup menyewa motor dengan
harga mulai dari Rp 40.000 per hari.
“Sewa menyewa motor relatif aman karena kalau ada
pencurian pasti tertangkap, karena jalan keluar dari Samosir hanya melalui
empat akses,” tuturnya.
Tingkat okupansi hotel pun, Mangindar akui semakin
meningkat. Terutama di akhir pekan dan libur panjang. Menurutnya, salah satu
indikatornya adalah kapal feri. Di akhir pekan, antrean kendaraan untuk
menyeberang ke Samosir begitu panjang. “Apalagi kalau liburan panjang. Mulai
banyak yang memilih bermalam di Samosir,” tuturnya.
Menuju Samosir
Tuktuk berkembang pesat karena letaknya yang dekat
dengan Pelabuhan Tomok. Pelabuhan Tomok menjadi akses masuk Samosir dari
Pelabuhan Ajibata, Parapat.
Sebagian besar wisatawan biasanya ingin pelesir di
Parapat terlebih dahulu sebelum ke Samosir. Oleh karena itu, mereka memilih
masuk Samosir melalui Parapat. Padahal ada empat akses yang bisa dipillih
menuju Samosir. “Sekarang akses sudah ada tiga dermaga. Dari dermaga
Ajibata-Tomok, dermaga Simanindo-Tigaras, dermaga Nainggolan-Muara,lalu jalan
darat lewat Jalan Tele,” tutur Mangindar.
Di saat liburan , wisatawan harus bersabar
menunggu giliran naik ke kapal feri jika ke Samosir melalui akses
Ajibata-Tomok. Kadang waktu menunggu bisa berjam-jam. Harga tiket feri itu
sendiri untuk mobil roda empat sebesar Rp 91.500, sudah termasuk penumpang di
dalamnya.
Akses lainnya adalah Simanindo-Tigaras dan
Nainggolan-Muara. Pelabuhan Simanindo berada di Samosir, sementara Tigaras
berada di Simalungun. Pelabuhan Nainggolan di Samosir dan Pelabuhan Muara di
Tapanuli Utara.
Harga tiket feri untuk mobil roda empat melalui
pelabuhan Simanindo-Tigaras sebesar Rp 95.000 dan tersedia tiap hari. Sementara
Nainggolan-Muara hanya tiga kali seminggu, yaitu Senin, Kamis, dan Sabtu. Harganya
Rp 99.000 belum termasuk asuransi, untuk mobil roda empat.
Sementara itu, akses darat dapat dilalui via Jalan
Tele yang menghubungkan Kabupaten Samosir dengan Kabupaten Humbang Hasundutan.
Pulau Samosir sebenarnya terhubung melalui sebuah jembatan dengan daratan
Sumatera Utara.
Jalanan aspal dan berkelok-kelok meninggi. Karena
medannya yang curam, pengendara perlu berhati-hati saat menyetir. Hanya saja,
panorama di sekitar Jalan Tele sangat cantik. Wisatawan dapat melihat Danau
Toba dan Pulau Samosir dari ketinggian.
Berhentilah di Menara Pandang di Jalan Tele.
Pemandangan biru dari danau, bukit hijau, Pusuk Buhit, dan Pulau Samosir akan
membuat penikmatnya terkesiap. Sesaat, memandangi danau yang begitu luas,
imajinasi akan terlempar ke kisah petani dan perempuan jelmaan ikan.
Sumber: Kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar